Sayangku..
Boleh aku meminta sedikit waktu.. untukku menceritakan sesuatu kepadamu?
Hentikan dulu aktivitasmu selain membaca ini..
Duduk manis..
Simak baik-baik..pahami maksudku..
Sayang...
Mungkin kamu pun ikut merasakan..
Sering aku gelisah dengan keadaan..
Pernah aku takut tak punya kehormatan..
Kadang, aku takut… aku menjadi manusia yang terbuang..
Padahal..
Pastilah orang tuaku tak pernah sekalipun menginginkan anaknya menjadi
miskin, fakir dan peminta belas kasihan dari orang lain..
Tapi..
Orang tuaku tak pernah juga berkata.. "kamu harus jadi pengusaha
sukses" atau "kamu harus jadi pejabat" bahkan, akupun tak pernah
mendengar mereka berkata: "kamu harus punya mobil dan gedung
bertingkat"
Malahan..yang aku dengar dalam keseharianku adalah..
"jangan suka menunda solat"
"perbanyak ibadah sunnah"
"hafalkan bacaan khutbah"
"utamakan solat berjamaah"
Hingga..suatu waktu..
Aku teringat akan semua perkataan kedua orang tuaku..
Dan pada saat itu..
Ada seberkas bayangan di sebuah cermin kusam didepanku, kemudian bertanya..
"apa yang kau khawatirkan?"
"apa yang membuatmu gelisah?"
Tertunduk hati ini..memikirkan jawaban dari kedua pertanyaan itu..
Gumamku dalam hati,
"Apakah mungkin aku takut tak punya pekerjaan yg layak?"
"Apakah mungkin aku takut karirku pupus ditengah jalan?"
atau..
"aku takut tak bisa membahagiakan keluargaku kelak?"
Bayangan di cermin kusam itu, menatap sinis kepadaku.. sesaat
kemudian.. romannya berapi-api, marah!
"Dunia ini pasti musnah..dan yang kau khawatirkan itu adalah urusan dunia!!"
"Tidakkah kau khawatir dengan urusan akhirat?"
"Tidakkah kau yakin dengan jani-janji Tuhan mu?"
"Allah akan mengangkat beberapa derajat orang-orang yang berilmu"
"Allah akan menurunkan rejeki dari langit, dan mengeluarkannya dari
bumi untuk hamba-Nya"
Kemudian..
Aku?
Seperti ada hawa panas di dadaku saat itu.
terasa deras aliran darah turun dari kepala hingga ke ujung kaki..
Kaget dan hampir tak percaya.. kenapa aku bisa jadi seperti itu?
Kenapa aku lupa dengan semua itu?
Padahal aku dibesarkan dalam keluarga yang mengerti tentang agama,
Memiliki kedua orang tua yg tak bosan mengingatkanku beribadah..
Dan mereka tak pernah mendamba-dambakan kesuksesan duniawi semu
Lalu….
Aku tersungkur dalam sujudku..
Berlinanglah air mata…
Aku terlalu lelah memikirkan dunia.
Aku mencari apa yang tidak Allah perintahkan..
Aku berusaha mencapai semua urusan dunia tanpa melibatkan-Nya
Aku masih sering menunda solat, meninggalkan ibadah-badah sunnah..
Terlalu fokus dengan urusan mencari uang, kerjaan, dan obsesi duniawi lainnya..
Hingga.. aku selalu merasa cemas..gelisah..takut dan khawatir…
Apakah ini berarti aku telah terlena oleh Islam keturunan? Tanpa aku mendalami sendiri secara langsung..
Sayangku..
Maafkan atas semua kesombonganku
Bukan karena aku benci..bukan..!
Bukan aku menilaimu sebagai seorang pengganggu saat aku bekerja..
Bukan aku melarangmu mengingatkan ku untuk terbangun lebih awal.
Maaf yah..
Obsesi duniawi telah mencuri perhatianku..
Dengan dalih demi masa depan cerah..
Ambisi kehidupan telah mengalihkan konsentrasiku..
Dengan alasan demi kebahagiaan kita.
Hemmmmmh (⌣́_⌣̀)
Jika setiap lelaki adalah imam..
Pemimpin bagi istri dan keluarganya
Maka..
Maukah kau menjadi makmum ku?
Menuruti apa yang aku katakan
Patuhi apa yang aku sarankan..
Mau mendengarkan ungkapan hati yang tak terucap oleh bibirku..
Dapat mengerti bahasa tubuhku yang tak nampak oleh kasat matamu..
Karena kamu melihat,mendengar dan merasakannya dengan hatimu
Jangan bosan tersenyum tulus..
Jangan lelah memberi semangat..
Dan..
Jangan ragu untuk mengingatkan aku saat aku salah..
Sebagaimana makmum yg mengingatkan imam jika ada kesalahan saat solat berjamaah..
Dengan tepukan tangan jika makmum wanita,dan dengan bacaan "subhanallah" jika makmum pria
Bukan dengan kalimat teguran secara langsung kan? dan bukan dengan teriakan yg akan mengganggu kehusyu'an solat berjamaah..
Bukankah semua memang sudah ada caranya?
Sayang..
Setelah kamu membaca ini, sudikah menjawab pertanyaanku pada bait terakhir tulisan ini?
Jawab dengan YA atau TIDAK..
Segera kirimkan melalui pesan singkat..
Tanpa ada kata pendahuluan, dan sapaan lainnya..
Seila..
Maukah kau menikah denganku?
Cerita Hati untuk Pujaan Hatiku
4/
5
Oleh
onino mansah