Paijo adalah seorang pedagang burung yang sehari-hari jualan burung di sebuah pasar. Suatu hari, Paijo membawa puluhan burung perkutut yang barusan dibelinya di tempat penangkaran di suatu desa. Karena jumlahnya cukup banyak dan perjalanan cukup jauh, maka burung-burung tersebut tidak dimasukkan ke dalam sangkar tetapi dimasukkan ke dalam beberapa besek (kotak dari anyaman bambu) dan kemudian besek-besek tadi dimasukkan dalam keranjang kecil sehingga orang lain tidak tahu bahwa Paijo sedang membawa burung.
Setelah menunggu beberapa lama, akhirnya mobil Colt Pickup Angkudes (angkutan pedesaan) yang ditunggunya datang juga. Setelah mobil berhenti, kernet menyuruh Paijo naik. Walaupun mobil Colt Pickup sudah penuh penumpang ibu-ibu yang mau ke pasar, tapi Paijo memutuskan untuk naik juga karena mobil berikutnya baru akan lewat sekitar satu jam lagi itupun belum tentu ada tempat kosong. “Tak apalah, yang penting nyampai”, pikirnya.
Akhirnya, Paijo mengangkat keranjangnya hendak dimasukkan ke dalam mobil tapi ibu-ibu sepertinya keberatan karena tempatnya sudah terlalu sempit. Tapi bukan Paijo kalau begitu saja sudah menyerah. Paijo melihat masih ada tempat untuk keranjangnya yaitu di antara kakinya ibu-ibu. Maka dengan sedikit mengiba-iba Paijo minta ijin pada ibu-ibu, begini katanya :
“Ibu-ibu, maaf… tolong buka kakinya bu… supaya saya bisa memasukkan burung saya ke sela-sela kaki ibu…”
Mendengar kata-kata Paijo, kontan saja ibu-ibu dan kernet gaduh. Ada yang ketawa ada yang memaki-maki Paijo karena dianggap pelecehan dan berkata tidak senonoh. Menyadari adanya kesalahpahaman, maka Paijo segera memberi penjelasan.
“Ibu-ibu… tenang… tenang, maksud saya adalah burung perkutut milik saya yang ada dalam besek di keranjang ini lho. Bukan burungnya saya…”
Setelah mendengar penjelasan Paijo, akhirnya mereka hanya tertawa terpingkal-pingkal. Dasar Paijo.
Memasukkan Burung
4/
5
Oleh
onino mansah