Putus cinta adalah salah satu fase dalam siklus kehidupan manusia modern. Ini
adalah sebuah hal yang normal. Hampir setiap orang pernah mengalami hal
ini. Meskipun Anda pasti mengenal beberapa orang yang hanya sekali
berpacaran sampai akhirnya menikah, tapi ini adalah kasus pengecualian
yang sedikit sekali terjadi.
Meskipun idealnya dalam sebuah hubungan kedua belah pihak seharusnya
berkomitmen untuk saling menjaga dan mempertahankan hubungannya, namun
sering kali tidak dapat dipungkiri bahwa dengan begitu banyak masalah
dan perbedaan, Anda dan dia memang lebih baik berpisah daripada saling
menyakiti dan merusak diri masing-masing.
Ada begitu banyak faktor mengapa sebuah hubungan berakhir, yang jelas
kedua belah pihak memiliki kontribusi dalam prosesnya. Baik yang
‘memutuskan’ maupun yang ‘diputuskan’, kedua belah pihak biasanya sudah
tahu apabila hubungan mereka sudah mendekati hari-hari terakhir. Karena
bagaimanapun juga, sebuah hubungan melibatkan 2 orang. Jadi apabila ada
sesuatu terjadi dalam hubungan itu, pasti keduanya akan tahu.
Biasanya pihak yang dirasa memerlukan simpati paling besar adalah
pihak yang ‘diputuskan’. Namun sebenarnya pihak yang ‘memutuskan’ pun
memiliki pergumulan dan kesulitannya sendiri. Yang sudah pernah
mengalaminya pasti mengerti maksud saya.
Sebelum Anda memutuskan hubungan dengan partner Anda, pastikan Anda
telah berpikir matang-matang. Coba tanyakan tiga hal ini pada diri Anda
sendiri dan jawab dengan jujur:
- Apakah hubungan ini memenuhi kebutuhan Anda?
- Apakah hubungan tersebut mendorong Anda menjadi sosok pribadi yang lebih baik?
- Apakah Anda dapat membayangkan diri Anda bersama dengannya di masa depan?
Ambil waktu Anda dan pikirkan baik-baik, jangan terburu-buru, apalagi
hanya karena dorongan emosi belaka. Karena setelah Anda mengambil
keputusan dan bertindak, mau tidak mau, kerusakan akan terjadi. Dan
sangat sulit untuk memperbaiki hubungan yang telah rusak. Jangan sampai
Anda menyesal di kemudian hari.
Setelah Anda yakin dengan keputusan Anda, maka ini saatnya melakukan
hal ini dengan baik untuk meminimalisir kerusakan yang terjadi:
1. Sedikit menjauh dan menjaga jarak.
Sebelum Anda mengucapkan ‘kata-kata terakhir’, sebaiknya Anda
menjauhkan diri dulu, baik secara fisik maupun emosional, selama 1 atau 2
minggu. Bukan saja hal ini baik untuk Anda, agar Anda dapat berpikir
lebih jernih dan mengambil keputusan dengan tepat, tapi ini juga akan
membantu partner Anda untuk lebih ‘mempersiapkan diri’.
Ingat apa yang saya bilang di atas: ketika sebuah hubungan akan
berakhir, kedua belah pihak biasanya sudah tahu. Jadi tidak ada gunanya
lagi berpura-pura.
2. Lakukan secara face-to-face.
Mengapa saya harus menekankan hal ini? Karena biasanya dalam situasi
seperti ini, kita tidak ingin mengahadapi berbagai macam reaksi
emosional tidak enak yang akan muncul, oleh karena itu Anda memilih
untuk main aman dan bersembunyi di balik telpon, chatting, atau SMS.
Jangan pernah memutuskan hubungan lewat telpon, chatting, apalagi
SMS! Apabila Anda yang diputuskan, tentu Anda tidak ingin diputuskan
lewat SMS, bukan? Temui dan katakan padanya secara langsung
face-to-face.
Ketika Anda memutuskan hubungan secara tidak langsung, bukan saja ini
menunjukkan bahwa Anda tidak menghargai hubungan tersebut dan partner
Anda, tapi juga menunjukkan bahwa Anda adalah orang yang tidak
bertanggung jawab yang tidak berani untuk menghadapi masalah. Dengan
kata lain, apabila Anda tidak berani bertemu dengannya, berarti Anda
mengakui bahwa Anda-lah yang pihak yang bersalah dalam hubungan ini.
Dan ini berlaku bukan untuk pria saja, tapi untuk wanita juga.
sumber: http://www.hitmansystem.com/blog/5-langkah-memutuskan-hubungan-dengan-si-dia-1568.htm#more-1568
5 Langkah Bijak Memutuskan Hubungan Dengan Si Dia
4/
5
Oleh
onino mansah